Minggu, 29 Mei 2011

TUJUAN PENDIDIKAN MENURUT AJARAN ISLAM DAN PERBEDAAN ANTARA TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM DENGAN PENDIDIKAN BARAT

A. Pengertian Tujuan Pendidikan
Sebelum penulis menjelaskan tentang tujuan pendidikan menurut ajaran Islam dan perbedaannya dengan tujuan pendidikan Barat, terlebih dahulu penulis akan sedikit memaparkan pengertian tujuan pendidikan itu sendiri secara sederhana. Tujuan dalam bahasa arab dinyatakan dalam ghayat, atau andaf atau maqasid, sedangkan dalam bahasa inggris kata tujuan dinyatakan dengan goal atau purpose atau objective atau aim. Secara umum istilah-istilah itu mengandung pengertian yaitu perbuatan yang diarahkan kepada suatu tujuan tertentu, atau arah, maksud, yang hendak dicapai melalui upaya atau aktivitas. Tujuan merupakan suatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha atau kegiatan selesai. Sehingga hal ini dijadikan sebagai standar usaha yang ditentukan serta mengarahkan pada setiap usaha yang akan dilakukan dan merupakan sebagai titik pangkal untuk mencapai tujuan-tujuan yang lain.
Pendidikan memilliki ragam dalam definisinya, menurut kamus besar Bahasa Indonesia (1989), pendidikan adalah proses mengubah sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan (proses, perbuatan, dan cara mendidik). Dalam Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 ayat (1), pendidikan diartikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Sedangkan pendidikan menurut Marimba (1989:19) yang dikutip dari Ahmad Tafsir adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan pendidikan adalah hasil akhir yang ingin dicapai dari kegiatan yang dilakukan oleh pendidik terhadap anak didiknya.


B. Tujuan Pendidikan
Berbicara tujuan pendidikan secara tidak langsung kita sedang membicarakan tujuan hidup yaitu tujuan hidup sebagai manusia atau kholifah di bumi ini. Sebab pendidikan merupakan alat yang dapat digunakan oleh manusia untuk memelihara kelanjutan hidupnya (survival), baik sebagai individu maupun sebagai masyarakat. Tujuan pendidikan Islam ini memiliki beberapa prinsip guna menghantarkan pada tercapainya tujuan pendidikan, prinsip itu adalah:
1. Prinsip universal (syumuliyah), prinsip ini memandang kepada keseluruhan aspek agama (aqidah, ibadah dan akhlak, serta muamalah), manusia (jasmani, rohani dan nafsani), masyarakat dan tatanan kehidupannya, serta adanya wujud jagat raya dan hidup.
2. Prinsip keseimbangan dan kesederhanaan (tawazun qa iqtishadiyah), prinsip ini adalah keseimbangan antara berbagai aspek kehidupan pada pribadi, berbagai kebutuhan individu dan komunitas, serta tuntutan pemeliharaaan kebudayaan silam dengan kebutuhan kebudayaan masa kini serta berusaha mengatasi masalah-masalah yang sedang dan akan terjadi.
3. Prinsip kejelasan (tabayun), prinsip yang di dalamnya terdapat ajaran dan hukum yang memberi kejelasan terhadap kejjiwaan manusia (qalb, akal, dan hawa nafsu) dalam hukum masalah yang dihadapi, sehingga terwujud tujuan, kurikulum, dan metode pendidikan.
4. Prinsip tak bertentangan, prinsip yang didalamnya terdapat ketiadaan pertentangan antara berbagai unsur dan cara pelaksanaannya, sehingga antara satu komponen dengan komponen yang lain saling mendukung.
5. Prinsip realisme dan dapat dilaksanakan, prinsip yang menyatakan tidak adanya khayalan dalam kandungan program pendidikan, tidak berlebih-lebihan, serta adanya kaidah yang praktis dan realistis, yang sesuai dengan dan kondisi sosioekonomi, sosiopolitik, dan sosiokultural yang ada.
6. Prinsip perubahan yang diingini, prinsip perubahan struktur diri manusia yang meliputi jasmaniah, ruhaniyah, dan nafsaniyah; serta perubahan kondisi psikologis, sosiologis, pengetahuan, konsep, pikiran, kemahiran, nilai-nilai, sikap peserta didik untuk mencapai dinamisasi kesempurnaan pendidikan (QS. Ar-Ra’d:11).
7. Prinsip menjaga perbedaan-perbedaan individu, prinsip yang memerhatikan perbedaan peserta didik, baik ciri-ciri, kebutuhan, kecerdasan, kebolehan, minat, sikap, tahap pematangan jasmani, akal, emosi, sosial, dan segala aspeknya. Prinsip ini berpijak pada asumsi bahwa semua individu ‘tidak sama’ dengan yang lain.
8. Prinsip dinamis dalam menerima perubahan dan perkembangan yang terjadi pelaku pendidikan serta lingkungan dimana pendidikan itu dilaksanan.
Jika melihat pengertian pendidikan menurut al-Ghazali bahwa pendidikan harus diarahkan kepada realisasi tujuan keagamaan dan akhlak, dengan titik penekanannya pada perolehan keutamaan taqarrub kepada Allah, dan bukan untuk mencari kedudukan yang tinggi atau mendapatkan kemegahan dunia, yang akhirnya pendidikan Islam ini memiliki tujuan yang tersendiri sesuai dengan falsafah dan pandangan hidup yang digariskan Al-qur’an. Beberapa pandangan para cendikiawan Islam dan ahli-ahli pendidikan Islam tentang rumusan tujuan pendidikan Islam diantaranya ialah:
1. Ibnu Khaldun menyatakan bahwa tujuan pendidikan Islam memiliki dua tujuan, yaitu:
a. Tujuan keagamaan, maksudnya ialah beramal unttuk akhirat.
b. Tujuan ilmiah yang bersifat keduniaan, yaitu apa yang diungkapkan oleh pendidikan modern dengan tujuan kemanfaatan atau persiapan untuk hidup.
2. Imam al-Ghazali berpendapat bahwa tujuan pendidikan Islam yang utama adalah beribadah dan taqarrub kepada Allah, dan kesempurnaan Insani yang tujuannya kebahagiaan dunia akhirat.
3. Prof. Saleh Abdul Aziz dan dr, Abdul Aziz Abdul Najid mengatakan, bahwa tujuan pendidikan Islam ialah untuk mendapatkan keridhoan Allah dan pengusahakan penghidupan.
4. Musthafa Amin bahwa tujuan pendidikan Islam adalah mempersiapkan seseorang bagi amalan dunia dan akhirat.
5. Al-Abrasyi merumuskan tujuan umum pendidikan Islam kedalam lima pokok yaitu:
a. Pembentukan akhlak mulia (al-fadhilat).
b. Persiapan untuk kehidupan dunia dan akhirat.
c. Persiapan untuk mencari rezeki dan pemeliharaan segi-segi pemanfaatannya. Keterpaduan antara agama dan ilmu akan dapat membawa manusia kepada kesempurnaan.
d. Menumbuhkan roh ilmiah para pelajar dan memenuhi keinginan untuk mengetahui serta memiliki kesanggupan untuk mengkaji ilmu sekedar sebagai ilmu.
6. Abdullah Fayad menyatakan bahwa tujuan pendidikan Islam mengarah kepada dua tujuan, yaitu:
a. Persiapan untuk hidup akhirat.
b. Membentuk perorangan dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan untuk menunjang kesuksesan hidup di dunia.

Islam menghendaki agar manusia di didik supaya ia mampu merealisasikan tujuan hidupnya sebagaimana yang telah digariskan Allah. Hal ini dapat kita ketahui dari surat al-Dzariyat ayat 56
      
Artinya:”Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali supaya mereka beribadah kepada-Ku.”
Selain tujuan pendidikan yang telah diuraikan oleh para cendikiawan Islam diatas, ada pula beberapa tujuan pendidikan yang lain, diantaranya:
A. Tujuan Umum
Tujuan umum ialah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara lain. Sehingga tujuan umum ini tidak akan dapat dicapai kecuali setelah melalui proses pengajaran, pengalaman, pembiasaan, penghayatan, dan keyakinan akan kebenarannya. Tujuan ini meliputi seluruh aspek kemanusiaan yang meliputi sikap, tingkah laku, penampilan, kebiasaan dan pandangan. Pada tujuan pendidikan ini berbeda pada setiap tingkat umur, kecerdasan, situasi dan kondisi, dengan kerangka yang sama. Bentuk insan kamil dengan pola takwa harus dapat tergambar pada pribadi seseorang yang sudah dididik, walaupun dalam ukuran yang kecil dan mutu yang rendah, sesuai dengan tingkat-tingkat tersebut.
B. Tujuan Sementara
Tujuan sementara ialah tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal. Pada tujuan sementara ini bentuk insan kamil dengan pola takwa sudah kelihatan meskipun dalam ukuran sederhana, sekurang-kurangnya beberapa ciri pokok sudah kelihatan pada pribadi anak didik. Tujuan pendidikan Islam dalam tujuan sementara ini seolah-olah merupakan sebagai suatu lingkaran yang pada tingkat paling rendah mungkin sebagai suatu lingkaran kecil, semakin tinggi tingkatan pendidikannya semakin besar pula lingkaran tersebut. Tetapi sejak pada tingkat permulaan tujuan pendidikannya sudah harus kelihatan bentuk lingkarannya.
C. Tujuan Operasional
Tujuan operasional ialah tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu. Dalam pendidikan formal, tujuan operasional disebut juga tujuan instruksional umum dan tujuan instruksional khusus (TIU dan TIK). Tujuan instruksional ini merupakan tujuan pengajaran yang direncanakan dalam unit-unit kegiatan pengajaran. Dalam tujuan operasioanal lebih banyak dituntut dari anak didik suatu kemampuan dan keterampilan tertentu, sifat operasionalnya lebih ditonjolkan dari sifat penghayatan dan kepribadian.
D. Tujuan Akhir
Pendidikan islam itu berlangsung selama hidup, maka tujuan umumnya dengan terbentuk insan kamil dengan pola takwa dapat mengalami perubahan naik turun, bertambah dan berkurang dalam perjalanan hidup seseorang, karena itulah pendidikan Islam itu berlaku selama hidup untuk menumbuhkan, memupuk, mengembangkan, memelihara, dan mempertahankan tujuan pendidikan yang telah dicapai. Tujuan pendidikan Islam itu dapat dipahami dalam Firman Allah dalam surat Ali Imran [3] ayat 102, yaitu
     •   •    
Artinya:”Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam”.
Insan kamil yang meninggal menghadap Tuhannya merupakan tujuan akhir dari proses pendidikan, meninggal dalam keadaan berserah diri kepada Allah sebagai muslim merupakan ujung dari takwa sebagai akhir dari proses hidup, inilah akhir dari proses pendidikan yang dianggap sebagai tujuan pendidikan yang tidak lain adalah tujuan hidup itu sendiri.
Secara teoritis, tujuan akhir dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Tujuan Normatif
Tujuan yang ingin dicapai berdasarkan norma-norma yang mampu mengkristalisasikan yang hendak diinternalisasi.
2. Tujuan Fungsional
Tujuan yang sasarannya diarahkan pada kamampuan peserta didik untuk memfungsikan daya kognisi, afeksi, dan psikomotorik dari hasil pendidikan yang diperoleh sesuai dengan yang ditetapkan.
3. Tujuan Operasional
Tujuan yang mempunyai sasaran teknis manajerial. Menurut Langeveld, tujuan ini dibagi menjadi enam macam, yaitu: Tujuan umum, tujuan khusus, tujuan tak lengkap, tujuan insidental (seketika), tujuan sementara, dan tujuan intermedier.
Adapun menurut Abd al-Rahman Shaleh Abd Allah dalam bukunya Educational Theory, a Qur’anic Outlook, menyatakan bahwa tujuan pendidikan islam dapat di klasifikasikan menjadi empat dimensi, yaitu: Tujuan pendidikan jasmani (al-ahdaf al-jismiyah), tujuan pendidikan rohani (al-ahdaf al-ruhaniyah), tujuan pendidikan akal (al-ahdaf al-aqliyah), dan tujuan pendidikan sosial (al-ahdaf al-ijtimaiyah).
C. Perbedaan antara Tujuan Pendidikan Islam dengan Pendidikan Barat
Pada pembahasan selanjutnya penulis akan memaparkan perbedaan antara tujuan pendidikan Islam dengan pendidikan Barat, jika diatas telah dijelaskan tujuan pendidikan Islam maka tidak ada salahnya untuk mengetahui perbedaan ini terlebih dahulu penulis pemaparkan pendidikan Barat. Ilmu yang dikembangkan dalam pendidikan Barat dibentuk dari acuan pemikiran falsafah mereka yang dituangkan dalam pemikiran yang bercirikan materiaisme, idealisme, sekularisme, dan rasionalisme, pemikiran ini mempengaruhi konsep, penafsiran, dan makna ilmu itu sendiri. Menurut Azyumardi Azra ilmu dalam peradaban Barat tidak dibangun di atas wahyu dan kepercayaan agama namun dibangun di atas tradisi budaya yang diperkuat dengan spekulasi filosofis yang terkait dengan kehidupan sekuler yang memusatkan manusia sebagai makhluk rasional
Selain itu para filosof seperti John Locke, Immanuel Kant, Martin Heidegger dan yang lainnya menekankan rasio dan panca indra sebagai sumber ilmu mereka, sehingga melahirkan berbagai macam faham dan pemikiran seperti empirisme, humanisme, kapitalisme, eksistensialisme, relatifisme, atheisme, dan lainnya. Akibatnya ilmu pengetahuan serta nilai-nilai etika dan moral yang diatur oleh rasio manusia terus menerus berubah, sehingga yang pada akhirnya akan melahirkan ilmu-ilmu sekuler. Menurut al-Attas, ada beberapa faktor yang menjiwai budaya dan peradaban Barat, yaitu: Menggunakan akal untuk membimbing kehidupan manusia, bersikap dualitas terhadap realitas dan kebenaran, menegaskan aspek eksistensi yang memproyeksikan pandangan hidup sekuler, menggunakan doktrin humanisme, dan menjadikan drama dan tragedi sebagai unsur-unsur yang dominan dalam fitrah dan eksistensi kemanusiaan.
Teori pendidikan Barat membagi tujuan pendidikan menjadi dua pandangan besar. Pertama adalah Society-centered yang melihat pendidikan sebagai kendaraan untuk menciptakan warga negara yang baik dan yang kedua adalah child atau person-centered position, yaitu yang lebih menekankan kebutuhan, kemampuan, ketertarikan dari murid itu sendiri.
Semua manusia adalah sama dalam komposisi pendidikan, mereka semua tercipta dan dilahirkan ke alam dunia ini dengan dasar penciptaan dan kehidupan yang tidak berbeda. Pendidikan dalam pandangan Islam meliputi tiga aspek yaitu, jasad, ruh dan intelektual, akan tetapi hal ini berbeda dengan Barat, pendidikan dalam pandangan Barat tidak memerlukan ketiga aspek tersebut seperti halnya dalam pendidikan Islam sehingga pendidikan Barat ini lebih menekankan pada rasionalisme semata. Di Barat pendidikan menjadi ajang pertarungan ideologis dimana tujuan pendidikan ini yang mana merupakan tujuan hidup juga berbenturan dengan kepentingan lain.
Dari segi karakteristik terdapat perbedaan antara pendidikan Islam dengan pendidikan Barat. Menurut Prof. Dr. Azyumardi Azra, dalam Islam pendidikan memiliki karakteristik, yaitu: Pertama, penguasaan ilmu pengetahuan. Ajaran dasar Islam mewajibkan mencari ilmu pengetahuan bagi setiap mulsim dan muslimat. Kedua, pengembangan ilmu pengetahuan. Ilmu yang telah dikuasai harus diberikan dan dikembangkan kepada orang lain. Ketiga, penekanan pada nilai-nilai akhlak dalam penguasaan dan pengembangan ilmu pengetahuan. Keempat, penguasaan dan pengembangan ilmu pengetahuan hanyalah untuk mengabdi kepada Allah dan kemaslahatan umat. Kelima, penyesuaian terhadap perkembangan anak. Keenam, pengembangan kepribadian. Ketujuh, penekanan pada amal shaleh dan tanggung jawab. Adapun untuk karakteristik pendidikan Barat sendiri telah diuraikan diatas.
Penjelasan tentang pendidikan Islam dan Barat memperlihatkan adanya kesenjangan pola pikir yang digunakan para ilmuan mereka sehingga menghasilkan karakter yang berbeda. Jika sumber dan metodologi ilmu di Barat bergantung sepenuhnyya kepada kaedah empiris, rasional dan cenderung materialistik serta mengabaikan dan memandang rendah cara memperoleh ilmu melalui wahyu dan kitab suci, maka metodologi dalam ilmu pengetahuan Islam bersumber dari kitab suci Al-qur’an yanng diperoleh oleh wahyu, sunnah rosul dan ijtihad para ulama.
Menurut Pervez Hoodbhoy, perbedaan pendidikan Islam dan Barat bukan pada istilah pendidikan keagamaan tradisional dan pendidikan sekuler modern, karena kedua jenis pendidikan tersebut menyandarkan diri pada dua filsafat pendidikan yang berbeda dan mempunyai dua perangkat tujuan dan metode yang juga berbeda. Berikut ini perbedaan antara versi pendidikan keagamaan (religius) dengan pendidikan sekuler modern, diantaranya:
1. Orientasi keakhiratan X Orientasi kesekuleran.
2. Berupaya mencapai sosialisai kedalam Islam X Berupaya mencari perkembangan individu.
3. Kurikulum tidak berubah sejak abad pertengahan X Kurikulum merespon perubahan-perubahan berkenaan dengan bidang studi.
4. Pengetahuan berdasarkan pada wahyu dan tidak dipersoalkan X Pengetahuan diperoleh melalui pengalamn dan deduksi.
5. Pengetahuan dicari dan diperoleh berdasarkan pada perintah Tuhan X Pengetahuan diperlukan sebagai alat untuk menyelesaikan masalah.
6. Mendiskusikan moralitas dan asumsi-asumsi tidak dikehendaki X Mendiskusikan moralitas dan asumsi-asumsi disambut baik.
7. Metode dan teknik mengajar pada dasarnya otoriter X Metode dan teknik mengajar student-center.
8. Penghapalan dianggap sangant menentukan X pencerapan konsep-konsep kunci dianggap menentukan.
9. Mental mahasiswa dianggap pasif-reseptif X Mental mahasiswa dianggap aktif-produktif.
10. Pendidikan secara umum tidak dispesialisasikan X Pendidikan dispesialisasikan.

1 komentar:

Sigit Arif Anggoro mengatakan...

terimakasih,,
ijin mengutip sebagian