Sabtu, 27 November 2010

SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM ZAMAN MUAWIYAH

A. Latar Belakang Sosial Politik pada Zaman Muawiyah
Setelah pada tanggal 20 Ramadhan 40 H Ali ditikam oleh Ibnu Muljam, kedudukan Ali sebagai khalifah kemudian dijabat oleh putranya yaitu Hasan bin Ali selama beberapa bulan. Namun, karena Hasan ternyata sangat lemah, sementara pengaruh Muawiyah semakin kuat, maka Hasan membuat perjanjian damai. Perjanjian itu mempersatukan umat islam kembali dalam suatu kepemimpinan politik di bawah Muawiyah bin abu Sufyan. Dengan demikian telah berakhirlah masa khulafa’ur rasyidin dan dimulailah kekuasaan Bani Umayyah dalam sejarah politik islam .
Muawiyah adalah pendiri dinasti Umayyah, ia merupakan putra dari Abu Sufyan bin Umayyah. Ibunya adalah Hindun binti Utbah. Muawiyah masuk islam pada hari penaklukan kota mekkah (Fathul Mekkah) bersama penduduk Makkah lainnya. ketika itu Muawiyah berusia 23 tahun.
Muawiyah memerintah selama 19 tahun (661-680). Muawiyah adalah orang yang bertanggung jawab atas perubahan sistem kepemimpinan yang bersifat demokratis menjadi feodal (bersifat keturunan). Pusat pemerintahan pun dipindahkan ke Damaskus (661-750) yang menandai era baru .
Daulah Bani Umayyah mempunyai peranan penting dalam perkembangan masyarakat di bidang politik, ekonomi dan sosial. Hal ini didukung oleh pengalaman politik Muawiyah sebagai seorang politisi handal di mana pengalaman politiknya sebagai gubernur Syam pada masa khalifah Utsman bin Affan.
Membicarakan Muawiyah sama halnya membicarakan dinasti Umayyah, karena beliau merupakan pendiri dinasti yang bersifat feodal untuk yang pertama kalinya. maka pada pembahasan berikutnya juga akan disinggung perkembangan pendidikan pada masa kepemimpinan khalifah selepas Muawiyah.
B. Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam Zaman Muawiyah
Pola pendidikan yang dikembangkan pada zaman Muawiyah (Umayyah) bersifat desentralisasi, tidak memiliki tingkatan dan standar umur. Kajian yang ada pada priode ini berpusat di Damaskus, Kuffah, Mekkah, Madinah. Mesir, Cordova,dan beberapa kota lainnya. Jadi pendidikan tidak hanya terpusat di Madinah seperti pada masa Nabi dan khulafaur rasyidin,melainkan ilmu telah mengalami ekspansi seiring ekspansi teritorial.
Pada masa khulafa’ur rasyidin dan Muawiyah sebenarnya telah ada tingkat pengajaran, hampir sama seperti sekarang. Tingkat pertama ialah kuttab, tempat awal mula anak-anak belajar membaca dan menulis, menghafal alquran serta belajar pokok-pokok agama islam. setelah itu mereka (anak didik) melanjutkan pelajaran ke mesjid. Pelajaran di mesjid itu terdiri dari tingkat menengah dan tinggi. Pada tingkat menengah, guru yang mengajar belum ulama besar, baru pada tingkat tinggi, guru yang mengajar adalah seorang ulama besar yang tidak diragukan lagi ilmu dan keshalehannya.
Adapun ilmu-ilmu yang diajarkan pada tingkat menengah dan tingkat tinggi ialah Alquran dan tafsirnya, ilmu Hadist dan mengumpulkannya serta Fiqh (tasri) .
Pemerintah pada zaman Muawiyah (dinasti Umayyah) menaruh perhatian dalam bidang pendidikan dengan menyediakan sarana dan prasarana. Hal ini dilakukan agar ilmuwan, para seniman, dan para ulama mau mengembangkan bidang ilmu yang dikuasainya serta mampu melakukan kaderisasi ilmu.
Di antara ilmu pengetahuan yang berkembang pada masa ini adalah:
1. Ilmu agama, seperti: Alquran, hadis, dan fiqih. Pembukuan hadis terjadi pada masa khalifah Umar ibn Abdul Aziz (99-10 H) sejak saat itulah hadis mengalami perkembangan pesat.
2. Ilmu sejarah dan geografi, yaitu segala ilmu yang membahas tentang perjalanan hidup, kisah, dan riwayat. Ubaid ibn Syariyah Al-Jurhumi berhasil menulis berbagai peristiwa sejarah.
3. Ilmu pengetahuan bidang bahasa, yaitu segala ilmu yang mempelajari bahasa, nahwu, saraf, dan lain-lain.
4. Bidang filsafat, yaitu segala ilmu yang pada umumnya berasal dari bangsa asing, seperti ilmu mantik, kimia, astronomi, ilmu hitung dan ilmu yang berhubungan dengan itu, serta ilmu kedokteran .
Dengan demikian, ilmu pengetahuan merupakan suatu keahlian yang masuk pada bidang pemahaman dan pemikiran yang memerlukan sistematika dalam penyusunannya. Golongan non-Arab sudah terbiasa dengan keahlian ini. Golongan ini disebut Mawali, yaitu golongan yang berasal dari bangsa asing atau keturunannya .
Adapula metode pendidkan pada masa ini yang penulis simpulkan yaitu
1. Metode debat
Metode ini berkembang karena dibukanya wacana kalam (baca: disiplin teologi) yang berkembang di tengah-tengah masyarakat. sebagaimana dipahami dari konstitusi sejarah Bani Umayyah yang bersamaan dengan kelahirannya hadir pula tentang orang yang berbuat dosa besar , meskipun wacana ini dilatarbelakangi oleh faktor-faktor politis.
2. Metode Rihlah
Metode ini melibatkan para ulama yang mencari hadis ke berbagai tempat dan orang yang dianggap mengetahuinya.
C. Madrasah/Universitas pada Zaman Muawiyah
Madrasah-madrasah yang ada pada Zaman Muawiyah (masa bani Umayyah secara keseluruhan) adalah sebagai berikut:
1. Madrasah Mekkah
Guru pertama yang mengajar di Mekkah, sesudah Mekkah takluk ialah Mu’az bin Zabal, ialah yang mengajarkan Alquran, mana yang haram dan hala dalam islam. Pada masa Khalifah Marwan, Abdullah bin Abbas pergi ke Mekkah, lalu mengajar Tafsir, fiqih dan sastra di Mesjidil Haram. Ia pula yang membangun madrasah Mekkah yang terkenal itu.
2. Madrasah Madinah
Madrasah ini lebih termasyhur dan lebih dalam ilmunya, karena disanalah tempat tinggal sahabat-sahabat Nabi, dan Ulama-ulama terkemuka.
3. Madrasah Basrah
Ulama yang termasyhur di Basrah ialah Abu Musa Al’asyari, Anas bin Malik dan Al-Hasan Basri. Abu Musa Al’asyari adalah ahli fiqih dan ahli hadis, serta ahli Alquran. Sedangkan Anas bin Malik termasyhur dalam ilmu hadis, Al-Hasan Basri adalah ahli fiqih, ahli pidato, kisah, ahli fikir, dan ahli tasawuf.
4. Madrasah Kuffah
Guru yang termasyhur di Kuffah ialah Ibnu Mas’ud yang melahirkan 6 ulama besar, yaitu: ‘Alqamah, Al-Aswad, Masroq, ‘Ubaidah, Al-haris bin Qais dan ‘Amr bin Syurahbil. Mereka itulah yang menggantikan Abdullah bin Mas’ud menjadi guru di Kuffah. Mereka juga bukan saja belajar kepada Abdullah bin Mas’ud, bahkan mereka juga belajar kepada ulama-ulama di Madinah.
5. Madrasah Damsyik (Syam)
Setelah negeri Syam menjadi sebagian negara Islam dan penduduknya banyak yag memeluk agama Islam. Maka negara Syam menjadi perhatian para Khalifah. Madrasah Syam melahirkan imam penduduk Syam, yaitu Abdurrahman Al-Auza’iy yang sederajat ilmunya dengan Imam Malik dan Abu Hanifah. Mazhabnya tersebar di Syam sampai ke Magrib dan Andalusia. Tetapi kemudian mazhabnya itu lenyap, karena besar pengaruh mazhab Syafi’i dan Maliki.
6. Madrasah Fistat (Mesir)
Setelah Mesir menjadi negara Islam ia menjadi pusat ilmu-ilmu agama. Ulamayang mula-mula berada di Mesir ialah Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘As, yaitu di Fistat (mesir lama). Ia ahli hadis dengan arti kata yang sebenarnya .
D. Tokoh-Tokoh Pendidian Pada Zaman Muawiyah
Tokoh-tokhnya terdiri dari ulama-ulama yang menguasai bidangnya masing-masing yaitu:
1. Ulama-ulama Tabiin ahli tafsir yaitu: Mujahid, ‘Athak bin Abu Rabah, Ikrimah, Sa’d bin Zubair, Masruq bin Al-Azda, Qatadah.
2. Ulama-ulama hadis yaitu: Abu Hurairah (5374 hadis), Aisyah (2210 hadis), Abdullah bin Umar (2210 hadis), Abdullah bin Abbas (1500 hadis), Jabir bin Abdullah (1500 hadis), Anas bin Malik (2210 hadis).
3. Ulama-ulama ahli fiqih yaitu: Syuriyah bin Al-Harits, Alqamah bin Qais, Masuruq Al-Azda, Al-Aswad bin Yazid, kemudian diikuti oleh murid-murid mereka yaitu, Ibrahim An-Nakh’l (wafat tahun 95 H), Amir bin Syurahbil As Sa’by (wafat tahun 104 H), sesudah itu digantikan oleh Hamad bin Abu Sulaeman (wafat tahun 120 H ) guru dari Hanfiyah.
4. Ulama-ulama Ahli Bahasa atau sastra yaitu: Sibawaih, yang karya tulisnya Al-Kitab yang menjadi pegangan dalam soal berbahasa arab. Di zaman ini muncul penyair-penyair seperti Umar bin Rabiah, Jamil Al-Ujri, Qys bin Mulawah yang dikenal dengan nama Laela majnun, Al-Farazdaq, ja’arir, dan Al-Aktal.
Sesungguhnya di masa ini gerakan-gerakan ilmiah telah berkembang pula, seperti dalam bidang keagamaan, sejarah, dan filsafat. Dalam bidang yang pertama dijumpai ulama-ulama seperti Hasan Al-Basri, Ibnu Shihab Az-Zuhri, dan Washil bin Atha. Khalid bin Yazid bin Muawiyah adalah seorang orator dan penyair yang berfikir tajam. Ia adalah orang pertama yang menerjemahkan buku-buku tentang astronomi, kedokteran dan kimia.

Tidak ada komentar: